SELAMAT DATANG

Selamat Datang dan terimakasih telah mengunjungi blog " Catatan Debora "
Tuhan Yesus memberkati anda.

Senin, 08 November 2010

Zona Nyaman yang Mematikan

 
 

Sent to you by Debora via Google Reader:

 
 

via Catatan Facebook Purim Marbun by Purim Marbun on 11/7/10

Pada umumnya setiap kita mengharapkan hidup yang nyaman, aman, tenang dan tidak banyak kerikil-kerikil tajam yang datang menghadang keberadaan kita. Bukan hanya itu, kita pun selalu bermimpi kapan dan bagaimana kita mengalami kesenangan dalam hidup ini? Impian ini tentunya bukanlah sesuatu yang salah, kita merasa dalam batas-batas wajar dan logis hal itu fine-fine saja. Persoalan yang timbul adalah ketika kita sudah sampai ke titik nyaman dan aman itu, maka kita merasa segala-galanya terpenuhi, tidak ada lagi yang kurang. Pada saat keadaan yang nyaman ini (comfort zone ) seringkali yang terjadi adalah kita menjadi passif, tidak berbuat apa-apa.

Pada dasarnya pola pikir yang berkembang dalam diri kita, tatkala kita nyaman dan aman yakni semua telah tersedia,buat apa lagi saya susah-susah. Memang hal ini tidak bisa dipungkiri, sekalipun dalam tataran yang masih sangat sederhana. Namun tahukah kita bahwa sesungguhnya pembunuh kreatifitas, yang mematikan karya-karya serta membuat hidup kita tidak bertumbuh adalah zona nyaman. Kita tidak menyadari, sebab secara perlahan-lahan pola pikir atau mindset kita menjadi lamban dan tidak lagi kreatif.

Salah satu hal yang dapat kita pelajari dari Alkitab mengenai hal ini yakni kitab 2 Samuel 11: 1-13. Alkitab melukiskanbahwa Daud sedang berada di zona nyaman, ia tinggal di istana dan peperangan terhadap musuh pun tidak bergitu terasa. Cukup hanya dengan memberikan instruksi kepada Yoab untuk memimpin peperangan itu, dan ia sendiri tinggal di istana. Dijelaskan dalam Alkitab bahwa pada pergantian tahun pada waktu raja-raja biasanya berperang, maka Daud menyuruh Yoab berserta orang-orangnya dan seluruh Israel untuk mengalahkan Amon, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Daud tinggal jauh dari peperangan, suara atau dentuman perang pun tidak sampai di telinganya, bahkan pekik peperangan pun mungkin tidak sampai di telinganya. Ia nyaman dan berada di zona nyaman itu. Tapi tahukah kita apa yang terjadi dengan Daud? Saat nyaman (confort zone) itulah justru ia jatuh dalam dosa. Dikisahkan dalam pasal 11 ini bahwa ia berjalan-jalan di atas sotoh istana dan melihat seorang wanita cantik dan bernama Batsyeba sedang mandi dan tergeraklah hatinya untuk memiliki wanita itu.

Pada kedudukannya sebagai raja, maka apa yang diinginkan hati Daud, bisa tercapai. Dan alhasil, ia pun segera tidur dengan wanita itu. Mengapa hal ini sampai terjadi? Bukankah kita kenal bahwa Daud adalah seorang yang sangat exited dalam berperang? Bukankah Daud adalah tipologi orang yang tidak bisa diam apalagi dalam suasana perang?. Zona nyaman telah membuat Daud lupa pada keadaanya yang sebenarnya, bukan hanya itu zona nyaman pun melupakan dia pada tanggung jawabnya sebagai raja untuk memimpin peperangan.

Bahaya zona nyaman bisa mengakibatkan beberapa hal bagi kita, pertama membuat kita lupa kepada segala sesuatu. Lupa kepada keadaan kita, status , keluarga, bahkan bisa juga lupa kepada Tuhan. Saking nyamannya tidak ada lagi yang kita perlukan. Hati-hatilah jika keadaan itu datang menghampiri kita. Hal kedua zona nyaman pasti membutakan kita pada situasi atau keadaan yang sebenarnya. Inilah yang terjadi kepada Daud, ia seolah tidak bisa melihat bagaimana situasi sebenarnya. Hal ketiga, zona nyaman membuat kita tidak kreatif dan cenderung passif. Ini akan membunuh kita, mengapa? Karena kita tidak sadar bahwa pada akhirnya kita akan tergilas oleh arus yang sedang terjadi. Jika keadaan ini terus menerus berlanjut maka dipastikan kita pun tidak akan mampu bersaing dengan yang lain, kita cenderung menurun dalam banyak hal, bahkan prestasi yang kita hasilkan pun tidak akan memuaskan. Karena itu berhati-hatilah dengan zona nyaman. Hal yang keempat, zona nyaman membuat kita pada akhirnya tiba pada "kematian". Kematian dalam hal ini bisa diartikan secara moralitas, kerohanian atau pun batiniah. Lihat peristiwa Sodom dan Gomora, kematia rohani terjadi disana, ini salah satunya diakibatkan oleh comfort zone. Lebih lagi jika kita hubungkan dengan hal-hal rohani lainnya. Tatkala hidup semua nyaman, makanan tersedia, fasilitas lengkap, mau bepergian kemana saja bisa,dll. Bukankah hal ini menjadi sumber kematian bagi kita? Kita tidak lagi terdorong untuk berbuat apa-apa.

Confort zone, harus diwaspadai dalam diri kita. Apalagi dalam konteks kehidupan umat Tuhan. Mungkin kita perlu belajar dari sejarah gereja, bahwa ketika gereja nyaman dengan sendirinya, Allah membiarkan terjadi banyak hal sehingga umat Tuhan terus dan tetap melaksanakan misinya. Gereja ketika "comfort" kadang-kadang tidak terpacu lagi untuk melaksanakan misi.  Makanya sering dalam sejarah pertumbuhan gereja Tuhan mengizinkan "penderitaan" sehingga gereja tetap bangun dan melaksanakan misi Allah. Bagi kita yang hidup dizaman ini, hati-hatilah dengan zona nyaman, jangan hal itu membuat kita lalai atau terlena. Waspadalah dengan segala keadaan itu, dan bijaklah untuk memperhatikan segala sesuatu.



 
 

Things you can do from here: