Sent to you by Debora via Google Reader:
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu." (Yohanes 16:23-24)
Pertengahan tahun 2007 lalu, saya mendapat kesempatan berjumpa dengan seorang wanita pengusaha yang cukup terkenal di sebuah kota. Semua berawal ketika saya sedang memimpin acara syukuran dari salah satu anggota paduan suara tempat saya mengajar. Wanita tersebut dan keluarganya nampaknya menyukai lagu-lagu yang saya nyanyikan pada malam itu. Kemudian di saat yang bersamaan, ia pun bertanya apakah saya bisa membantu mereka mengisi acara syukuran yang akan diadakan pada akhir tahun, tepatnya 26 Desember 2007, dan meminta untuk segera diagendakan bila memang saya bersedia. Saat itu juga, saya pun menjawab "ya".
Pada hari yang telah ditentukan, saya pun menepati janji saya untuk datang ke acara syukuran tersebut, mengisi puji-pujian sekaligus bermain musik. Saya pun sempat dikenalkan kepada orang tuanya yang sampai saat ini saya panggil dengan sebutan opa dan oma. Selain itu, saya juga sempat diperkenalkan kepada saudara-saudara dan keponakannya.
Seiring berjalannya waktu, wanita pengusaha yang saya panggil dengan "mami" tersebut sering berkunjung ke tempat tinggal saya. Namun ada satu hal yang cukup membingungkan saya, yakni setiap kali hendak makan, mami tidak pernah mau berdoa, tetapi ia tidak keberatan kalau saya mendoakan makanan yang akan kami santap. Sampai suatu ketika dalam perjalanan pulang ke rumah mami, saya mencoba memberanikan diri untuk bertanya mengenai hal tersebut. "Mi...kenapa sih kalau disuruh berdoa mami selalu nggak mau?"
Mami pun terdiam sejenak sebelum menjawab bahwa ia tidak tahu berdoa dan tidak bisa berdoa. "Lho, mengapa mi?" lanjut saya. Kemudian mami pun menjelaskan bahwa ia memiliki kebiasaan sembahyang atau berdoa di dalam hati. Selama ini, ia ternyata beribadah di klenteng dan bukannya tidak mau berdoa, tetapi tidak tahu bagaimana caranya berdoa. Selain itu, ka rena Senin-Sabtu harus bekerja, mami bersama keluarganya punya kebiasaan untuk rekreasi pada hari Minggu. Saya sering diajak untuk ikut rekreasi bersama keluarganya, tapi dengan satu syarat: menunggu setelah saya selesai beribadah. Mami dan keluarganya pun setuju. Akhirnya, selama beberapa kali kami pun berangkat rekreasi setelah saya selesai beribadah.
Sampai suatu hari, saya bertanya padanya, "Kenapa mami nggak ikut ibadah bersama saya saja? Daripada menunggu di rumah tidak ada kegiatan juga...."
Pertanyaan itu pun disambut dengan pertanyaan darinya apakah orang lain boleh ikut beribadah di gereja kami atau tidak. "Tentu saya boleh, mi..." jawab saya singkat. Sejak saat itu, selama kurang lebih tiga bulan, mami selalu ikut beribadah bersama-sama dengan saya. Sampai akhirnya ia mau dibaptis dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dalam hidupnya. Segera setelah membuat keputusan besar dalam hidupnya tersebut, mami pun mulai belajar berdoa. Saya pun membantunya dengan menuliskan cara-cara berdoa di sebuah buku untuk memudahkannya seraya menyarankan kepadanya untuk belajar berdoa setiap saat: pagi, siang, dan malam.
Suatu sore mami kembali mengajak saya untuk menemaninya ke rumah opa dan oma. Seperti biasa, saya pun segera asyik bercerita dengan oma sambil mengajaknya menyanyikan beberapa lagu yang disukainya di kamar. Ternyata oma sedang sakit. Kaki kanannya sakit dan lidahnya terasa agak pahit ketika harus mengecap makanan. Oma pun menyetujui ketika saya menawarkan diri untuk berdoa bagi kesembuhannya. Setelah selesai berdoa, oma meminta agar saya menuliskan beberapa kata supaya ia bisa berdoa juga, sama seperti mami yang telah memiliki catatan doa juga. Setelah selesai menulisnya, kami berdua pun berpamitan karena harus segera pulang.
Keesokan paginya, mami memberi kabar lewat telepon dan bercerita bahwa hari itu, oma sangat senang sekali dan tidak sabar ingin bertemu dengan Sarce. Mami pun masih merahasiakan alasannya ketika ditanya, tetapi berulang-ulang mengucapkan terima kasih kepada saya.
Sore harinya, saya pun tiba di rumah oma kembali dan agak terkejut karena saudara-saudara mereka yang lain berkumpul di sana. Oma pun meminta saya duduk di dekatnya dengan wajah berbinar dan mengucapkan terima kasih untuk bantuan doanya sehingga oma bisa kembali berjalan dan menikmati makanan dengan baik. Sebelum kami berdoa bersama, oma hanya terbaring di tempat tidur, kaki tidak dapat dipakai untuk berjalan, dan di permukaan lidahnya ada semacam jamur yang membuatnya tidak bisa merasakan makanan apa pun yang masuk ke mulutnya. Oma sudah hampir putus asa karena berbagai macam usaha sudah dilakukan, mulai dari dokter sampai tabib akupunktur yang ada di daerah Ungaran pun belum ada perubahan juga. Ternyata, kuasa Tuhan menyembuhkan oma.
Mendapat perlakuan semacam itu, saya pun sempat bingung sebelum akhirnya dapat memberi penjelasan kepada oma. Sambil tersenyum saya pun berkata, "Oma, jangan berterima kasih pada saya, tetapi berterima kasihlah kepada Tuhan Yesus, sebab Yesuslah yang telah menyembuhkan oma."
Tiga hari kemudian oma ingin dilayani untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi. Oleh karena rumah mereka dekat dengan salah satu gereja, maka saya pun menganjurkan untuk oma dilayani di gereja tersebut. Sebenarnya, keluarga oma pernah dikunjungi oleh jemaat dari gereja tersebut untuk dilayani, tetapi waktu itu mereka belum siap dan menolak. Namun sekarang, Tuhan sendiri yang membuka pintu hati mereka sehingga bersedia dilayani oleh gereja yang sama untuk mengalami kelahiran kembali di dalam Kristus.
Bagi saya pribadi, pengalaman dengan keluarga ini merupakan hal yang sangat luar biasa. Saya pribadi merasa tidak pernah tahu kapan mukjizat Allah dinyatakan—berupa kesembuhan, pertobatan, dan kelahiran kembali – tetapi saya meyakini dua hal: Pertama, melakukan bagian yang memang bisa saya lakukan dan mempersilakan Tuhan melakukan bagian-Nya. Kedua, selalu yakin dan percaya bahwa setiap perkataan— termasuk di dalamnya berupa doa—yang ditaburkan tidak akan pernah kembali dengan sia-sia. Rasul Yakobus pernah mengatakan dalam suratnya, "Doa orang yang benar,bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya" (Yakobus 5:16b).
Oleh karena itu, saya ingin mendorong kepada Sahabat semua, di manapun Anda berada, tetaplah berdoa dan mengucap syukur senantiasa, apa pun keadaan yang sedang kita alami. Berdoa dan menjalani hidup dengan beriman penuh kepada Allah akan membawa kita ke dalam hidup yang berkemenangan. Tuhan bisa memakai Anda untuk menjadi saluran berkat yang membawa kasih dan kuasa Allah bagi kehidupan orang lain yang belum mengenal Tuhan, bahkan membawa mereka untuk mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Jangan pernah berhenti untuk berdoa.
YESUS KRISTUS mengasihi Anda..
(Sumber: Renungan Malam, Januari 2010)
Things you can do from here:
- Subscribe to Catatan Facebook Sinar Viktori Gemilang using Google Reader
- Get started using Google Reader to easily keep up with all your favorite sites