Sent to you by Debora via Google Reader:
"Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20)
Saya kehilangan semua uang saya karena salah investasi. Apa yang harus saya lakukan? Pertanyaan seperti ini saya temui hari-hari ini. Semakin buruknya keadaan ekonomi, banyak orang telah kehilangan sebagian besar uang mereka.
Beberapa orang terkenal dan memiliki kekayaan melimpah memilih untuk mengakhiri hidup ketika mereka kehilangan kekayaan. Adolf Merckle, orang nomor 5 terkaya di Jerman menabrakkan dirinya pada kereta api ketika dia kehilangan jutaan Euro dalam spekulasi pada saham Volkswagen (VW). Thierry Magon de la Villehuchet, manajer keuangan di New York, mengakhiri hidupnya setelah menghilangkan uang klien-kliennya sebesar $1,4 milyar (sekitar Rp16,8 triliun) karena menginvestasikannya pada Bernard Madoff Investments (skema penipuan Ponzi).
Kehilangan kekayaan adalah pengalaman yang menyakitkan. Bagaimanapun seseorang yang berusaha untuk menutupinya tidak akan bisa mengubah kenyataan bahwa kehilangan kekayaan membawa "luka" yang menyakitkan. Sebuah studi oleh The Wellcome Trust yang dipublikasikan pada The Journal of Neuroscience menyatakan bahwa kehilangan uang akan mengaktifkan bagian dari otak yang biasanya menanggapi ketakutan dan rasa sakit.
Paling tidak, ada empat hal yang bisa kita lakukan untuk membuat rasa sakit dan ketakutan karena kehilangan kekayaan menjadi minimal.
1. Keberartian diri kita bukanlah berasal dari apa yang kita kerjakan dan berapa banyak yang kita hasilkan
"Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah" (1 Petrus 3:4). Orang yang merasa keberartian dirinya berdasar pada apa yang dimiliki akan sangat terpukul ketika kehilangan kekayaan. Mereka merasa tidak berarti lagi setelah tidak memiliki kekayaan. Beberapa orang berpikir bahwa pemimpin yang senantiasa bekerja keras adalah orang yang paling terpukul ketika kehilangan kekayaan mereka. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Beberapa CEO yang bisa menikmati hidup dan memiliki keberartian diri yang sehat menanggapi kehilangan kekayaan mereka dengan tersenyum. Mereka berkata, "Semakin sedikit kekayaan yang saya miliki, semakin sedikit keputusan besar yang harus saya ambil". Rasa berarti diri mereka tidak ditentukan oleh banyaknya kekayaan yang mereka miliki.
2. Menyadari adanya proses
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Kita harus senantiasa menyadari bahwa hidup kita adalah suatu proses yang panjang. Kehilangan kekayaan harus kita anggap sebagai suatu proses yang nantinya akan membawa kebaikan dalam hidup kita.
3. Miliki jaringan pendukung
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran" (Amsal 17:17). Kita harus memiliki pendukung (keluarga, teman-teman, gereja) yang akan menguatkan ketika kita menghadapi masa-masa sulit. Kita mungkin saja kecewa ketika kehilangan kekayaan, namun jaringan pendukung kita akan senantiasa memberikan dukungan kepada kita.
4. Miliki respons yang benar
"Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Kita harus tetap memiliki respons yang benar dan tidak menyalahkan Tuhan, diri sendiri, keluarga, dan orang-orang terdekat kita. Tetap mengucap syukur, miliki sikap yang baik, dan kita akan merasakan Tuhan melepaskan kita dari semua masalah kita.
YESUS KRISTUS mengasihi Anda..
(Sumber: Benny Santosa, S.T., M.com)
Things you can do from here:
- Subscribe to Catatan Facebook Sinar Viktori Gemilang using Google Reader
- Get started using Google Reader to easily keep up with all your favorite sites