Eel adalah salah satu murid TK A di sebuah Sekolah Kristen di kota Bandung. Ketika guru di kelasnya menanyakan : Anak – anak siapa yang akan ikut lomba cerdas cermat alkitab? Dengan nada polos Eel mengacungkan tangan mengisyaratkan bahwa ia bersedia mengikuti lomba tersebut. Setibanya di rumah, Eel mengungkapkan keinginannya : Papah, Eel pengin ikutan lomba cerdas cermat alkitab. Apa? gak salah, bukannya Eel pemalu dan gak berani tampil di depan kelas? Sahut Papahnya. Gak Papah, Eel sekarang udah berani, jawab Eel. 30 soal yang diambil dari keempat Injil di buat Papahnya dan terus diajarkan beberapa hari menjelang hari pelaksanaan lomba.
Alhasil, Eel hanya mampu masuk 5 besar di kelasnya dan gagal untuk mewakili kelasnya karena selisih beberapa point dengan temannya yang lebih berpengalaman dan selalu menjadi juara dalam ajang perlombaan serupa. Dengan nada yang gembira dan bangga Eel memberitahukan kabar kekalahannya : "Papah, Eel kalah, habis soalnya susah – susah. Tapi gak apa – apa yang penting Eel sudah mencoba." Khan tahun depan masih bisa ikutan lagi ???
Eel bukanlah sang pemenang yang menyandang gelar juara dan mendapatkan tropi atau piagam. Akan tetapi Eel adalah sang pemenang yang telah mengalahkan rasa takut, minder dan kurang percaya diri yang selama ini ia miliki. Meski berangkat dari nol, berkat kerja kerasnya mampu membawa Eel masuk 5 besar di kelasnya. Seorang pemenang tidak hanya diukur dari kapan menyelesaikan sebuah kompetisi melainkan diukur dari bagaimana seseorang mampu melewati tahapan kompetisi dengan baik. [WB]
Sumber :catatan facebook RH Nilai Kehidupan-18 Agustus