oleh Renungan Harian "Nilai Kehidupan" pada 09 September 2010 jam 6:35
“Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya (Ayub 2:10)
Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; Amerika Open(1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi by pass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang penggemar menulis surat padanya, “Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?” Ashe menjawab, “Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya hanya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi juara dunia tenis Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’ Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’”
Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil, sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan. Namun Ashe, tidak demikian.
Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, bahkan ketika beban hidup menekan berat. Ketika menerima sesuatu yang buruk ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik. Itulah sikap seorang anak Tuhan, hamba Kristus sejati. [RA]
Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; Amerika Open(1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi by pass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.
Seorang penggemar menulis surat padanya, “Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?” Ashe menjawab, “Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya hanya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi juara dunia tenis Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’ Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’”
Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil, sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan. Namun Ashe, tidak demikian.
Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, bahkan ketika beban hidup menekan berat. Ketika menerima sesuatu yang buruk ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik. Itulah sikap seorang anak Tuhan, hamba Kristus sejati. [RA]