Alkisah, di surga seorang malaikat senior sedang membimbing seorang malaikat junior yang akan melakukan PKN (Praktik Kerja Nyata) di bumi.
Malaikat Senior : “Dik, sudah saatnya kamu melihat bagaimana kehidupan di bumi. Nanti kalau kita sudah tiba di bumi, pelajari segala sesuatu dengan baik ya, tapi ingat, kamu tidak usah bicara macam-macam kepada orang-orang di bumi, biar aku saja yang berbicara. Mengerti?”
Malaikat Junior: “Baik, Bang!”
Maka turunlah kedua malaikat tersebut ke bumi. Di bumi mereka mengambil rupa sebagai orang miskin. Setelah sehari penuh melakukan perjalanan, tibalah mereka di rumah seorang yang sangat kaya tetapi sangat kikir dan mengetuk pintu rumah tersebut sebab mereka mencari tumpangan untuk menginap.
Malakat Senior : “Pak, bolehkah kami menumpang di rumah Bapak untuk semalam saja? Kami sudah sangat kelelahan dan tidak ada tempat untuk kami berteduh.”
Orang Kaya : “Hmmm... Bagaimana ya...” (Orang Kaya tersebut ragu-ragu untuk memberi tumpangan, padahal rumahnya sangat besar dan ada banyak kamar di dalamnya)
Malaikat Senior : “Hanya semalam saja Pak, dan percayalah, kami tidak mempunyai maksud jahat kepada Bapak.”
Orang Kaya : “Baiklah, kalian boleh menginap di rumahku ini, tapi hanya untuk semalam saja, ya! Aku mempunyai gudang di belakang rumah, kalian boleh tidur di sana, tapi ingat, jangan berbuat macam-macam, atau kupanggil satpam untuk mengusir kalian!”
Malaikat senior : “Baik Pak, kami mengerti. Terima kasih.”
Maka masuklah kedua malaikat itu ke rumah tersebut menuju gudang di belakang rumah. Gudang tersebut sudah sangat jelek dan kotor karena hampir tidak pernah dibersihkan, bahkan beberapa bagian temboknya sudah hancur dan berlubang. Malaikat Junior karena sudah sangat lelah kemudian langsung tertidur, sedangkan Malaikat Senior malah berinisiatif untuk memperbaiki tembok yang berlubang. Dengan kemampuan supranaturalnya, tertambal lah tembok yang berlubang tersebut.
Keesokan paginya, kedua malaikat tersebut berpamitan kepada pemilik rumah (si orang kaya). Si Orang Kaya karena kekhawatirannya memeriksa gudang rumahnya dan didapatinya bahwa tembok gudang tersebut telah diperbaiki. Ia sangat senang karena tanpa harus memanggil tukang bangunan dan mengeluarkan uang, kondisi tembok yang tadinya berlubang sudah kembali baik.
Kedua malaikat melanjutkan perjalanan mereka dan tibalah mereka di rumah sepasang suami istri yang sudah tua dan miskin namun sangat ramah dan baik hati. Kondisi rumah tersebut sudah sangat buruk, karena suami istri tersebut tidak mampu untuk memperbaiki rumah mereka. Mereka sudah tidak mempunyai apa-apa lagi, satu-satunya harta yang paling berharga yang mereka miliki adalah seekor sapi yang ada di belakang rumah mereka. Kedua malaikat mengetuk pintu rumah tersebut dan sang Suami membuka pintu rumah dan menyambut dengan ramah kedua malaikat itu.
Malakat Senior : “Pak, bolehkah kami menumpang di rumah Bapak untuk semalam?”
Suami Miskin : “Oh, silakan, Nak... kami justru sangat senang dengan kehadiran kalian, karena sudah lama kami tidak kedatangan tamu. Mari, silakan masuk.”
Malaikat Senior : “Terima kasih, Pak.”
Maka masuklah kedua malaikat ke dalam rumah, dan di dalam rumah sang Istri pun menyambut dengan sangat ramah dan menjamu mereka. Mereka pun berbincang-bincang sampai tiba saatnya untuk beristirahat.
Suami Miskin : “Karena di rumah ini hanya ada satu kamar, yaitu kamar kami saja, kalian boleh menggunakan kamar tersebut, biar aku dan istriku tidur di dipan di belakang saja.”
Malaikat Senior : “Tapi Pak, kami kan menumpang di rumah ini...”
Suami Miskin : “Ah, tidak apa-apa kok.”
Malaikat Senior : “Terima kasih atas kebaikan Bapak.”
Akhirnya, suami istri dan kedua malaikat pun beristirahat. Malaikat Junior, seperti biasa, lebih dahulu terlelap daripada Malaikat Senior. Keesokan harinya, saat kedua malaikat terbangun, mereka mendapati sang Suami dan Istri menangis di belakang rumah.
Malaikat Senior : “Ada apa, Pak? Mengapa Bapak menangis?”
Suami Miskin : “Nak, bagaimana kami tidak bersedih, harta kami satu-satunya yang paling berharga, sapi milik kami, kini telah mati...”
Malaikat Senior : “Sudahlah, Pak, jangan bersedih lagi. Nanti Tuhan pasti akan memberikan gantinya untuk Bapak. Bersabar saja ya, Pak...”
Kemudian setalah menghibur suami istri itu dan berbincang sejenak dengan mereka, kedua malaikat berpamitan kepada keluarga tersebut. Kedua malaikat kemudian memutuskan kembali ke surga. Di dalam perjalanan menuju surga, akhirnya Malaikat Junior dengan penasaran dan penuh rasa heran bertanya kepada Malaikat Senior.
Malaikat Junior : “Bagaimana sih, Abang ini? Waktu kita menginap di rumah orang kaya yang kikir, Abang kok malah menolong orang itu dengan memperbaiki tembok gudangnya. Eh, sedangkan waktu kita menginap di rumah keluarga miskin, Abang malah tidak menolong mereka dengan memohon kepada Tuhan agar menghidupkan sapi milik mereka, padahal mereka sudah sangat baik kepada kita. Kasihan kan mereka... Padahal sapi itu adalah satu-satunya harta mereka yang paling berharga yang tersisa!”
Malaikat Senior: ”Kamu sih selalu tidur lebih awal, jadi kamu tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi. Biar kujelaskan ya, sebenarnya di dalam tembok gudang orang kaya itu terdapat banyak emas & benda-benda berharga lainnya. Aku berpikir, rasanya orang yang kikir seperti dia sudah tidak pantas dan layak lagi mendapat harta lebih banyak. Jadi aku menambal tembok tersebut justru supaya dia tidak bisa menemukannya. Sedangkan sewaktu kita menginap di rumah keluarga miskin, pada saat tengah malam waktu semua sudah terlelap, kecuali aku, datanglah rekan kerja kita, si malaikat maut, untuk mengambil nyawa sang Istri. Jadi waktu kulihat kejadian itu, aku berpikir, kasihan si Suami kalau istrinya diambil, pasti ia akan kesepian dan sangat bersedih, karena hanya istrinya lah keluarga bahkan sahabat satu-satunya di dunia ini. Lalu aku pun menyampaikan kepada malaikat maut supaya ia jangan mengambil nyawa sang Istri. Tapi malaikat maut bilang harus ada sesuatu yang bernyawa yang harus diambil sebagai ganti agar nyawa si Istri tidak diambil. Lalu aku berpikir, kan ada seekor sapi di belakang rumah, maka aku pun menawarkan supaya nyawa sapi itu saja yang diambil. Itulah sebabnya mengapa saat kita bangun, sapi tersebut sudah mati. Begitu lho ceritanya...”
Malaikat Junior : “Ooo...”
Ada banyak hal-hal di dalam hidup ini yang secara kasat mata kita anggap sebagi sesuatu yang buruk. Apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita sudah berdoa kepada Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita, namun tetap saja rasanya kebaikan tidak berpihak kepada kita. Tetap saja keadaan hidup kita tidak berubah bahkan menjadi lebih buruk. Sedangkan orang lain yang mungkin tidak pernah dekat dengan Tuhan, tidak mengindahkan firmanNya, bahkan jahat perbuatannya, malah sepertinya selalu beruntung! Kita merasa Tuhan tidak adil! Kita merasa Tuhan memang menginginkan kita menderita! Namun semua hal-hal yang kita pikirkan tersebut sama sekali tidak benar. Karena keterbatasan jangkauan pikiran kita lah yang membuat kita tidak mampu untuk melihat kebaikan di balik apa yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita. Mungkin Tuhan tidak mengabulkan apa yang kita mohonkan, namun itu bukan karena Ia tidak mengasihi kita. Justru karena kasihNya lah, maka Ia tidak mengabulkannya. Mungkin apabila Tuhan berikan, justru akan membawa kita jauh dari Tuhan bahkan mencelakakan kita! Demikian juga dengan segala berkat dan kelimpahan yang kita terima dari Tuhan, kalau kita tidak mampu mengelolanya dengan baik dan dipersembahkan untuk kemulian Tuhan, tetapi hanya untuk kesenangan kita sendiri, bukan tidak mungkin justru akan membawa hidup kita kepada kehancuran! (ingat kisah Salomo pada masa tuanya)
Ingatlah, Tuhan selalu merancangkan hal yang indah bagi hidup kita (Yer 29:11). Segala sesuatu yang mungkin saat ini kita alami, apakah itu hal yang baik maupun yang kurang baik, bahkan hal yang buruk sekalipun, jika kita dapat menerimanya dengan penuh ucapan syukur (1 Tes 5:18), maka kita akan tetap merasakan damai sejahtera Allah melimpah dalam hidup kita (Ef 4:6-7). Sebagaimana Allah mengizinkan hal-hal yang buruk menimpa Yusuf, bukan untuk menghancurkannya, tetapi justru untuk membawa Yusuf agar menjadi penolong dan berkat bagi banyak orang. Bersabarlah, nantikankanlah jawaban dan berkat-berkatNya, karena Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh 3:11).
Have a great monday...Tuhan memberkati..
Sumber: rumah renungan